Mengapa Kita Merasa Stres Ketika Mendengar Kesalahan Tata Bahasa?

Robi Cuakz

Mungkin Anda pernah merasakan ketidaknyamanan fisik ketika mendengar seseorang menggunakan tata bahasa yang salah. Ternyata Anda tidak sendiri – dan ada penjelasan ilmiah yang sebenarnya.

Sebuah studi baru dari University of Birmingham menemukan bahwa mendengar atau membaca kesalahan tata bahasa menyebabkan manusia mengalami respons stres fisiologis. Penemuan ini baru-baru ini dipublikasikan dalam Journal of Neurolinguistics.

Para peneliti memantau variabilitas detak jantung (HRV) untuk menentukan efek kesalahan tata bahasa pada sistem saraf otonom (ANS) subjek penelitian. HRV mengukur lamanya waktu antara detak jantung. Ketika seseorang santai, waktu ini cenderung bervariasi, tetapi ketika mereka mengalami stres, menjadi lebih teratur.

Para ilmuwan menemukan bahwa HRV subjek menjadi lebih teratur ketika mereka terpapar kesalahan tata bahasa, menunjukkan bahwa mereka mengalami respons stres.

“Hasil dari penelitian ini membawa dimensi baru dari hubungan rumit antara fisiologi dan kognisi,” tulis peneliti utama Dagmar Divjak. “Hubungan antara kognisi bahasa dan sistem saraf otonom baru-baru ini menerima perhatian lebih sedikit.”

Studi Menganalisis Respon Subyek

Dalam penelitian ini, para ilmuwan memiliki 41 orang dewasa berkebangsaan Inggris asli tanpa gangguan belajar atau ketidakaturan jantung mendengarkan 40 sampel pidato. Beberapa pidato memiliki kesalahan tata bahasa dan beberapa tidak, dan panjang dan jumlah kesalahan tata bahasa dalam setiap sampel bervariasi.

Ketika subyek penelitian mendengar sampel pidato tanpa kesalahan tata bahasa, HRV mereka bervariasi. Ini berarti lamanya interval antara detak jantung mereka berubah, menunjukkan bahwa peserta lebih rileks. Tetapi ketika mereka mendengar kesalahan tata bahasa, HRV mereka menjadi lebih teratur. Terdapat juga korelasi antara berapa banyak kesalahan yang mereka dengar dan lamanya interval antara detak jantung mereka.

“Temuan kami menunjukkan bahwa ANS juga merespons tuntutan kognitif, dan ini menunjukkan bahwa usaha kognitif berdampak pada sistem fisiologis dengan cara yang lebih banyak daripada yang sebelumnya diduga,” kata Divjak.

Sistem saraf otonom bertanggung jawab atas proses tidak sadar tubuh, seperti pernapasan dan pencernaan. Juga bertanggung jawab atas respons “fight or flight” — yang dipicu ketika subyek mendengar kesalahan tata bahasa.

Stres yang Dijalani Peserta

Ilmuwan mencatat bahwa detak jantung subyek menjadi semakin dekat saat mereka terpapar kesalahan tata bahasa, menunjukkan bahwa mereka mengalami stres — meskipun mereka tidak menyadarinya.

Menurut New Atlas, kesalahan ini termasuk penggunaan waktu yang salah, struktur kalimat yang buruk, dan kebingungan dalam penggunaan kata tunggal dan jamak, antara lain. Salah satu contoh cuplikan yang didengar peserta penelitian adalah: “I think that thanks to a globalisation, people all around the world listen to same music, watch the same movies, and read same books.”

Para ilmuwan percaya bahwa penelitian ini dapat membantu mengungkap pengetahuan linguistik, yaitu seberapa banyak seseorang memahami bahasa ibunya tanpa berpikir secara sadar.

“Pengetahuan Anda tentang bahasa pertama Anda sebagian besar bersifat implisit, yaitu, belajar bahasa ibu Anda tidak memerlukan Anda duduk dan belajar, dan menggunakannya tidak memerlukan banyak, jika ada, pemikiran,” kata Divjak. “Hal ini juga berarti Anda akan sulit menentukan apa yang benar atau salah tentang sebuah kalimat dan, yang lebih buruk lagi, menjelaskannya mengapa begitu, terutama jika Anda tidak memiliki pelatihan bahasa formal.”

Penelitian terbaru ini menggambarkan bahwa manusia secara tidak sadar bereaksi terhadap kesalahan tata bahasa, bahkan ketika mereka tidak dapat secara eksplisit menunjukkan kesalahan tersebut.

“Studi ini memberikan kami metode baru untuk mengeksplorasi aspek kognisi yang tidak secara langsung dapat diamati,” lanjut Divjak. “Ini sangat berharga dalam pekerjaan dengan pengguna bahasa yang tidak dapat mengungkapkan pendapat mereka secara lisan karena usia muda atau tua, atau kesehatan yang buruk.”

Leave a Comment