Sonifikasi Data: Mengubah Data Teleskopik Menjadi Musik

Robi Cuakz

Apakah Anda pernah bertanya-tanya bagaimana suara pusat galaksi Bima Sakti? Sekarang, berkat tiga teleskop NASA dan kolaborasi dengan komposer dan musisi, Anda dapat mendengar interpretasi musik dari data yang dipancarkan oleh kosmos.

Proyek ini merupakan ide dari Dr. Kimberly Arcand, seorang ahli dalam visualisasi astronomi di Center for Astrophysics, Harvard & Smithsonian. Dalam bentuk mentahnya, sebagian besar data teleskopik NASA, termasuk cahaya sinar-X dan inframerah, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Biasanya, para ilmuwan mengubah data ini menjadi gambar-gambar berwarna yang indah.

“Beberapa tahun yang lalu, saya menyadari bahwa itu lebih mengutamakan pencitraan visual padahal tidak selalu merupakan kasus terbaik atau satu-satunya yang harus dibuat,” kata Arcand dalam wawancara dengan Smithsonian Magazine. “Mengapa kita tidak bisa menggunakan indera lain untuk menggali data ini, terutama bagi orang-orang yang buta atau memiliki penglihatan rendah?”

Pada awalnya, Arcand berusaha menggunakan model bergerak seperti blok Lego untuk mewakili data dengan cara yang baru. Namun setelah pandemi COVID-19 memaksa timnya untuk beralih ke medium digital, Arcand bekerja sama dengan musisi dan insinyur suara dari System Sounds, sebuah proyek penyuluhan ilmu pengetahuan dan seni.

Menggunakan komputer untuk memetakan data secara matematis, mereka menciptakan model audio yang disebut sonifikasi untuk beberapa gambar astronomi. Ide di baliknya adalah mengubah data teleskopik yang tak terlihat menjadi suara yang bisa didengar dan dipahami oleh pendengar.

Bunyi-bunyian dengan nada tinggi mewakili cahaya di bagian atas gambar, sedangkan bunyi dengan nada rendah menggambarkan bagian bawah. Tingkat kecerahan cahaya menentukan volume dan data dari masing-masing dari ketiga teleskop yang digunakan untuk menciptakan sonifikasi, dimainkan oleh set instrumen yang berbeda.

Tetapi proyek ini tidak berhenti di situ. Arcand mengatakan bahwa ketika dia memberikan ceramah tentang sonifikasi, para musisi akan bertanya apakah mereka bisa memainkan musik tersebut. Maka dia menghubungi komposer Sophie Kastner untuk mengubah salah satu sonifikasi menjadi sebuah komposisi yang dapat dimainkan.

“Sebagai seniman dan musisi, saya tertarik dengan ide mengambil sesuatu yang bersifat ilmiah dan mengubahnya menjadi seni atau musik,” kata Kastner. “Kedua hal tersebut tidak terlalu berbeda sebanyak yang kita kira.”

Kastner diberi gambar gabungan pusat Galaksi Bima Sakti dan ditugaskan untuk menerjemahkannya menjadi lagu. Dia menginterpretasikannya menjadi sebuah komposisi ansambel kecil yang terdiri dari alat musik gesek, tiup kayu, perkusi, dan piano, dengan judul “Di Mana Garis Paralel Bertemu”.

“Ini seperti menulis cerita fiksi yang sangat didasarkan pada fakta nyata,” kata Kastner dalam pernyataannya. “Kami mengambil data dari luar angkasa yang telah diterjemahkan menjadi suara dan memberikan sentuhan manusiawi yang baru.”

Galaxy

Dalam menciptakan lagu tersebut, Kastner mengapproachnya seperti saat menulis musik latar untuk film. Dia memecah gambar menjadi tiga sektion yang lebih kecil dan menciptakan sebuah “vignette” audio selama satu menit untuk setiap sektionnya. Kastner ingin menyampaikan “luasnya, atau rasa tak berujung… merasa kecil dibandingkan dengan sesuatu yang begitu besar.”

Di dalam komposisi tersebut, berbagai jenis data diwakili dengan instrumen, nada, dan oktaf yang berbeda. Misalnya, bintang-bintang diwakili dengan nada singkat dan tajam, sementara struktur yang bersifat berkabut diwakili dengan nada panjang yang bertahan lama. Data sinar-X diwakili dengan nada terang dan register tinggi, sedangkan data inframerah memiliki nada yang lebih rendah dan gelap.

Klimaks dari komposisi ini adalah lubang hitam supermasif – titik terang di bagian kanan bawah gambar.

Ensemble Eclát, sebuah orkestra dari Montreal, merekam lagu tersebut di Universitas McGill pada awal tahun ini. Lembar musiknya tersedia untuk diunduh secara gratis.

Sekarang, Kastner dan Arcand berharap untuk terus melanjutkan dan memperluas proyek ini. Kastner mengatakan bahwa dia ingin mengembangkan komposisi ini menjadi karya yang lebih panjang atau menulis karya-karya lain yang sejenis.

“Dalam beberapa hal, ini adalah cara lain bagi manusia untuk berinteraksi dengan langit malam seperti yang telah mereka lakukan sepanjang sejarah yang tercatat,” kata Arcand. “Kami menggunakan alat yang berbeda, tetapi konsep dari terinspirasi oleh langit untuk membuat seni tetap sama.”

Leave a Comment