Ketika kita membayangkan kamp konsentrasi Auschwitz, hal pertama yang muncul dalam pikiran kita adalah kekejaman dan penderitaan yang mengerikan. Namun, di balik semua kegelapan tersebut, ada hal yang mengejutkan yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang komposer Inggris, Leo Geyer. Ia menemukan ratusan komposisi musik yang terlupakan di arsip Auschwitz dan sekarang berusaha menghidupkan kembali karya-karya ini untuk menghormati para komponisnya.
Penemuan yang Mengejutkan
Pada tahun 2015, Leo Geyer melakukan perjalanan ke Auschwitz sebagai bagian dari proyek penelitian. Ia ingin menciptakan sebuah komposisi untuk menghormati Martin Gilbert, seorang sejarawan dan pakar Holocaust yang telah meninggal. Geyer memutuskan untuk mengunjungi Auschwitz untuk mendapatkan “rasa keberatanannya.” Saat berada di sana, ia secara tak terduga menemukan ratusan komposisi musik yang dilupakan yang dibuat oleh tahanan kamp konsentrasi.
Menurut Geyer, terdapat sekitar 210 partitur musik yang terdapat di arsip Auschwitz. Sebagian besar komposisi itu tidak lengkap, ada yang rusak, dan ada yang hangus terbakar. Namun, Geyer melihat adanya peluang untuk menyatukan bagian-bagian itu menjadi sesuatu yang baru untuk menghormati para komponis.
Tantangan dalam Menghidupkan Kembali Karya-karya Tersebut
Menghidupkan kembali karya-karya musik yang telah lama dilupakan tentu bukanlah tugas yang mudah. Bagi Geyer, ini merupakan tantangan besar seperti menyusun beberapa ratus teka-teki yang sebagian besar potongannya hilang. Ia harus melakukan riset musikal yang cermat untuk mencoba memadukan kembali bagian-bagian yang hilang, merekomposisi bagian yang rusak, dan menemukan musik yang tersembunyi di dalamnya.
Salah satu kesulitan dalam menghidupkan kembali karya-karya ini adalah variasi musik yang ada. Sebagian komposisi dimainkan secara publik oleh orkestra di kamp, sementara yang lain adalah komposisi pribadi yang ditulis secara sembunyi oleh para tahanan. Orkestra di kamp konsentrasi ini sering kali terdiri dari pilihan musik alat musik yang terbatas, tergantung pada apa yang bisa dimainkan oleh para tahanan.
Musik Sebagai Bagian Perlawanan dan Keberanian
Menurut beberapa saksi mata, banyak komposisi musik yang ada di Auschwitz adalah lagu-lagu mars Jerman yang hidup dan bersemangat. Namun, terdapat juga bentuk perlawanan yang halus di dalamnya. Terdapat penggunaan lagu kebangsaan Polandia dan musik dari komposer Amerika John Philip Sousa dalam beberapa komposisi tersebut.
Terdapat juga komposisi yang diyakini ditulis oleh para tahanan sendiri. Salah satu karya yang menarik perhatian Geyer adalah “Futile Regrets.” Geyer tidak yakin apakah komposisi anonim ini pernah dipentaskan di kamp karena nadanya yang sangat menyedihkan dan penuh duka.
Ketika melihat tulisan tangan di komposisi tersebut yang sangat mirip dengan tulisannya sendiri, Geyer merasa terpanggil untuk melengkapi bagian yang hilang dan menghidupkannya kembali. Menurutnya, meskipun dia bukan orang Yahudi, Romani, Polandia, Rusia, atau memiliki keturunan dari orang di Auschwitz, dia membela mereka yang dianiaya hanya karena siapa mereka. Ia berharap dapat hidup di dunia tanpa kejahatan yang bisa bangkit kembali.
Menghidupkan Kembali Karya-karya Tersebut
Proyek Leo Geyer ini masih dalam tahap pengembangan, namun ia sudah membagikan sebagian dari karyanya kepada dunia. Pada bulan Desember 2023, Leo Geyer dan sebuah orkes kamar tampil membawakan potongan-potongan opera-ballet yang disebut _The Orchestras of Auschwitz_. Mereka memainkan “Futile Regrets” dan tiga karya lainnya yang ditemukan di Auschwitz.
Menurut Geyer, musik adalah hal yang kuat, dan karya-karya musik yang terlupakan ini bisa menjadi cara baru untuk terhubung dengan ingatan tentang Holocaust. Bagi para tahanan di Auschwitz, musik memberikan sedikit kenyamanan dan kebiasaan normal di tengah-tengah horor di kamp tersebut.
“Banyak orang sangat berterima kasih atas musik yang mereka dengar, karena itu memberikan mereka sedikit rasa kebiasaan dalam tempat yang tak terbayangkan ini,” kata Geyer. “Sejumput cahaya dalam kegelapan.”