Sebuah tim ahli biologi kelautan internasional baru-baru ini menemukan sebuah kerangkaian purba dengan tubuh transparan dan mata besar di Bahama.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Zootaxa, para peneliti mengidentifikasi spesies ini sebagai Booralana nickorum, sejenis krustasea isopoda yang telah ada di Bumi selama 300 juta tahun dan mungkin memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem.
Krustasea Transparan dengan Mata Besar
Krustasea isopoda sebagian besar adalah pemakan bangkai, hidup di bagian terdalam lautan dan daur ulang energi untuk menjaga ekosistem tetap sehat. Namun, ada juga bukti bahwa krustasea tertentu mungkin menyerang vertebrata hidup, seperti hiu, untuk mencari makanan. Booralana nickorum, seperti banyak isopoda lainnya, juga bisa bertahan hidup selama beberapa tahun tanpa makanan.
Spesies ini ditemukan lebih dari 500 meter di bawah permukaan Exuma Sound di Bahama, di mana airnya dingin dan gelap. Karena hidup di kedalaman yang begitu besar, krustasea ini tidak memerlukan pigmen, sehingga eksoskeletonnya yang keras berwarna putih dan sedikit transparan. Mata besar krustasea ini digunakan untuk mencari makanan di kedalaman laut.
Mengapa Penemuan Ini Penting?
Booralana nickorum tumbuh hingga dua hingga tiga inci, jauh lebih besar dari kerabatnya di daratan, yaitu pill bug. Peneliti Oliver Shipley menjelaskan bahwa penemuan ini menyoroti keragaman kriptik dari kelompok ini dan menunjukkan betapa sedikitnya kita tahu tentang ekosistem laut dalam di Bahama. Dia juga percaya bahwa ada “harta karun” potensial yang belum terdeteksi di perairan tersebut.
Ditemukan selama serangkaian penyelaman sejak tahun 2014 dalam kerja sama antara Cape Eleuthera Institute dan OceanX, Booralana nickorum diidentifikasi sebagai spesies baru melalui pengamatan cermat terhadap karakteristik fisiknya, terutama ekornya yang digunakan untuk mendorong dirinya di dalam air.
Selain itu, tim peneliti juga menciptakan model 3D yang menggambarkan bagaimana ekor ini berfungsi.
Peran Penting dalam Ekosistem Laut
Booralana nickorum jauh lebih kecil dari isopoda terbesar di dunia, Bathynomus giganteus, yang dapat tumbuh lebih dari satu kaki panjangnya dan juga ditemukan di Exuma Sound.
Sebagian besar, Booralana nickorum makan sisa-sisa dan materi organik yang secara alami jatuh ke dasar samudra di Exuma Sound. “Rumput laut, hutan bakau, dan segala macam bahan akan terbawa sampai ke komunitas lautan dalam ini,” tegas Shipley. “Hal ini sangat penting, karena semakin banyak energi, semakin baik peluang adanya tingkat keanekaragaman hayati yang lebih tinggi di sana juga.”
Penemuan-penemuan baru dalam laut dalam ini mengkonfirmasi apa yang banyak peneliti sudah lama percayai – bahwa kita masih jauh dari memahami sepenuhnya misteri-misteri samudra Bumi. Booralana nickorum telah mengintai di bawah permukaan lebih lama dari manusia berada di planet ini, dan peneliti baru sekarang mengetahuinya.
Ancaman terhadap Ekosistem Laut Dalam
Bagaimanapun, seperti ekosistem Bumi lainnya, laut dalam menghadapi ancaman yang terus-menerus dari polusi dan perubahan iklim. Tanpa langkah-langkah yang tepat untuk melindungi ekosistem ini, banyak spesies dapat terus tidak terdeteksi atau punah sebelum para ilmuwan benar-benar mengetahui keberadaan mereka.
“Laut Karibia menyimpan banyak ekosistem laut dalam yang bisa dianggap sebagai yang murni, sebagian besar tersembunyi dari eksploitasi manusia, seperti perikanan dan pertambangan laut dalam,” tambah Shipley. “Oleh karena itu, mereka menyediakan dasar untuk membandingkan efek eksploitasi yang terjadi di daerah yang kurang murni. Namun, sistem-sistem ini tidak terlindungi dari dampak yang semakin meningkat dari perubahan iklim dan polusi, sehingga penting bagi kita untuk memahami seluruh keanekaragaman hayati yang didukung oleh lingkungan laut dalam ini.”