Greenland Melting Glaciers and Rising Land: An Impactful Consequence of Climate Change

Robi Cuakz

Greenland, sebuah pulau yang indah di utara Bumi, telah menjadi pusat perhatian dalam beberapa dekade terakhir karena perubahan iklim yang mengkhawatirkan. Dalam beberapa studi terbaru, ditemukan bahwa gletser di Greenland mencair dengan kecepatan yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya – dan sebagai akibatnya, pulau ini sendiri semakin meninggi.

Pencairan Gletser dan Peninggian Pulau

Melalui dua penelitian terpisah yang diterbitkan di Nature dan Geophysical Research Letters, diketahui bahwa Greenland secara perlahan mendapatkan ketinggian karena gletser yang mencair mengurangi tekanan pada batuan dasar pulau. Proses ini telah berlangsung sejak berakhirnya zaman es terakhir sekitar 11.700 tahun yang lalu, tetapi meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim. Lebih dari 200 gigaton es hilang setiap tahun karena pencairan Lapisan Es Greenland dan gletser perifer dan sungai es di pulau ini.

Dampaknya adalah ganda: mundurnya lapisan es mengurangi secara signifikan berat Greenland, dan gletser yang mencair memberikan kontribusi banyak air tawar ke samudera, yang dapat mempengaruhi arus dan regulasi suhu. Studi menunjukkan bahwa kerugian es gletser di beberapa daerah bertanggung jawab untuk hampir sepertiga dari pergerakan total vertikal tanah Greenland. Fenomena ini merupakan respons terkoordinasi dari gletser Greenland terhadap pemanasan global yang semakin meluas. Hampir setiap gletser di Greenland telah mundur selama beberapa dekade terakhir, dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Fakta dan Angka: Mengukur Kerugian Es Greenland

Melalui pengamatan citra satelit antara 1985 dan 2022, Dr. Chad Greene dan timnya membuat gambaran menyeluruh tentang kondisi lapisan es Greenland selama 40 tahun, dengan menggabungkan lebih dari 200.000 pengamatan titik akhir gletser di seluruh negara. Melalui pengamatan tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa sejak tahun 1992, Greenland telah kehilangan hampir lima triliun ton metrik es. Metode pengukuran tradisional menunjukkan bahwa hal ini menyebabkan kenaikan permukaan laut sekitar setengah inci, tetapi pengamatan Greene dan koleganya juga memperhitungkan erosi titik akhir gletser di fjord-fjord di pulau ini.

Secara tradisional, sebagian besar es yang hilang akibat mundurnya gletser di Greenland diisi oleh air laut, sehingga tidak ada perubahan yang signifikan pada permukaan laut. Namun, saat es dihasilkan di fjord, itu seperti mengeluarkan penutup di bak mandi – tiba-tiba lapisan es masif di hulu fjord mulai mengalir menuju samudera dengan lebih cepat, dan inilah yang menyebabkan kenaikan permukaan laut.

Saat mempertimbangkan proses ini, yang dikenal sebagai mundurnya terminus gletser, ini menyebabkan kehilangan es tambahan sebesar satu triliun ton metrik. Secara visual, Badan Antariksa Eropa mengungkapkan jumlah ini setara dengan kubus dengan area yang lebih besar dari Manhattan dan tinggi yang lebih besar dari Gunung Everest.

Hal ini juga berdampak pada kenaikan dasar Greenland. Menurut studi Geophysical Research Letters, tingginya kenaikan dasar di beberapa lokasi, seperti dekat Gletser Kangerllussuaq di tenggara Greenland, adalah sekitar 0,3 inci per tahun. Sejak tahun 1900, gletser ini telah mundur sejauh 6,2 mil.

Pengukuran kecepatan peningkatan ketinggian Greenland adalah cara yang komplementer untuk mengukur kerugian es. Ketika digabungkan dengan teknik lain, laju pergerakan vertikal dapat mengarah pada pengukuran yang lebih akurat tentang seberapa banyak es yang hilang dan seberapa tinggi permukaan laut. Memahami ketinggian dasar Greenland membantu mengukur kerugian es dengan lebih presisi.

Dampak Luas: Gelombang Besar ke Seluruh Dunia

Keberlanjutan pencairan es Greenland yang terus berlangsung juga berkontribusi dalam jumlah air tawar yang signifikan ke samudera, yang berpotensi mengganggu sistem arus yang dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation, termasuk Gulf Stream. Gulf Stream membawa air hangat tropis ke pantai tenggara Amerika Serikat dan sebagian Eropa, menghasilkan suhu air yang lebih hangat. Dalam teori, pencairan es Greenland yang terus menerus dapat mempengaruhi suhu air global secara keseluruhan.

Pada keseluruhan, Greenland kehilangan sekitar 20 persen lebih banyak es daripada perkiraan sebelumnya. Dampak ini bisa memiliki konsekuensi serius di masa depan. Selain dari perubahan iklim global, kerugian es di Greenland juga memiliki efek lingkaran yang luas yang melampaui batas pulau itu sendiri. Mengetahui keadaan Greenland yang semakin cepat mencair adalah penting untuk menyadari keadaan lingkungan kita saat ini dan masa depan.

Sumber: All That’s Interesting

Leave a Comment