Mengungkap Kontroversi Buku Kulit Harvard: Sejarah dan Asal-Usulnya

Robi Cuakz

Book Alongside Front Page Featured

Mengungkap kontroversi di balik buku yang tersimpan di Perpustakaan Harvard yang terikat dengan kulit seorang pasien wanita, merupakan topik yang menarik untuk diselidiki. Buku ini menimbulkan pertanyaan tentang sejarah, asal-usulnya, dan keputusan yang diambil oleh pihak perpustakaan. Masih banyak misteri yang mengelilingi buku ini, termasuk bagaimana pengikatan kulit pasien wanita ini dilakukan dan kontroversi yang muncul sehubungan dengan hal tersebut. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi rahasia di balik Kontroversi Buku Kulit Harvard serta merunut jejak sejarahnya.

Sejarah Buku Kontroversial di Perpustakaan Harvard

Pada tahun 1879, Arsène Houssaye menerbitkan buku berjudul “Des Destinées de L’âme (Destinies of the Soul)”, yang kini menjadi salah satu buku paling kontroversial di Perpustakaan Harvard. Buku ini menghadirkan sejumlah tantangan etis karena dibungkus dalam kulit seorang pasien wanita yang telah meninggal.

Kontroversi Buku Kulit Harvard menciptakan beragam pandangan. Beberapa menilai praktik ini sebagai pelanggaran etika dan menggugat keberadaan buku itu di perpustakaan. Sementara yang lain melihatnya sebagai sumber belajar yang penting mengenai sejarah praktik pengikatan unik dalam bidang perpustakaan dan konservasi bahan.

Meskipun menimbulkan perdebatan yang mendalam, kenyataannya, keberadaan buku ini telah menjadi bagian sejarah Perpustakaan Harvard yang menjadi pusat perhatian para akademisi, mahasiswa, dan penggemar kontroversi sejarah buku. Hingga kini, buku ini tetap memicu diskusi tentang etika dalam pengumpulan bahan pustaka serta pentingnya menjaga warisan budaya tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Asal-usul Pengikatan Kulit Buku

Kontroversi Buku Kulit Harvard mengemuka dari fakta bahwa pengikatan kulit buku aslinya bukan berasal dari manusia. Namun, pemilik pertama buku ini, Dr. Ludovic Bouland, mengejutkan dengan mengikat buku dengan kulit manusia tanpa izin yang sah. Bouland memperoleh kulit tersebut selama masa studinya sebagai mahasiswa kedokteran di rumah sakit jiwa, memicu sorotan atas etika dan asal-usul kulit yang digunakan.

 A photo of a handwritten note by Bouland, a surgeon, which accompanied the Harvard Skin Book, a book of skin diseases.

Catatan Tangan Bouland

Perdebatan seputar “Kontroversi Buku Kulit Harvard” merambah hingga catatan tangan Bouland yang dulu menemani buku-buku di Perpustakaan Harvard. Bouland telah berpendapat bahwa “sebuah buku tentang jiwa manusia layak memiliki penutup manusia,” menyulut perdebatan etis yang mendalam di kalangan para akademisi.

Namun, meskipun catatan tangan tersebut memberikan wawasan yang menarik, tragisnya, tidak ada informasi yang lebih lanjut diberikan tentang wanita yang kulitnya digunakan. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar dalam menjelaskan asal-usul dan keberadaan kontroversial “Kontroversi Buku Kulit Harvard” hingga saat ini.

 A photo of a 16th-century book titled LEges | EGES | Graeciae | Hispaniae.

Perolehan Buku oleh Perpustakaan Harvard

Pada tahun 1934, Buku Kulit Harvard menjadi milik perpustakaan setelah diterima sebagai deposit dari John B. Stetson, Jr. Transisi berlanjut ketika buku tersebut dipindahkan ke Perpustakaan Houghton pada tahun 1944. Kontroversi bertambah saat Ruby Stetson secara resmi mendonasikan buku tersebut kepada Harvard pada tahun 1954, memperdalam misteri di balik asal-usulnya.

 An image of the reading room in Harvard University's library, which contains a book bound in human skin.

Keputusan Perpustakaan untuk Menghapus Buku

Pada tahun 2014, terungkap bahwa buku langka di Perpustakaan Harvard memiliki pengikatan yang terbuat dari kulit manusia, menciptakan Kontroversi Buku Kulit Harvard yang mendalam. Kemudian, pada tahun 2023, ketika kesahihan asal-usul buku tersebut semakin dipertanyakan, Perpustakaan membuat keputusan kontroversial untuk menghapusnya dari koleksi fisik.

Tindakan penghapusan buku dari koleksi fisik merupakan respons langsung terhadap perdebatan etis yang muncul seputar penggunaan kulit manusia dalam pembuatan buku tersebut. Keputusan ini mencerminkan komitmen Perpustakaan Harvard untuk mempertahankan standar etika yang tinggi dalam hal koleksi dan perlindungan warisan budaya yang diakui dunia.

 A large room with wood-paneled walls, a coffered ceiling, and a large fireplace. There are several tables and chairs in the room, as well as a large rug and a chandelier. The room is filled with bookshelves, and there is a librarian standing at a desk near the entrance.

Niat Perpustakaan

Dalam mengungkap kontroversi buku kulit di Harvard, niat perpustakaan sangatlah jelas. Pertama, tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan martabat yang hilang bagi pasien wanita yang tidak diketahui identitasnya yang kulitnya digunakan sebagai sampul buku. Langkah ini mencerminkan upaya restorasi historis yang sensitif.

Selain itu, perpustakaan Harvard berkomitmen untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna menentukan penanganan yang terbaik dalam situasi ini. Dengan pendekatan yang cermat dan obyektif, penelitian mendalam diharapkan dapat membantu merespons kontroversi ini secara komprehensif.

Untuk memastikan tindakan yang diambil sesuai dengan standar etika dan kebijakan yang berlaku, perpustakaan Harvard juga berkonsultasi dengan otoritas di Prancis dan di Universitas untuk panduan lebih lanjut. Langkah ini menunjukkan komitmen mereka dalam menangani isu kontroversial ini dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Leave a Comment